SELAMAT BERSELANCAR BLOGGING asyik_gr1

Selasa, 15 Februari 2011

Dari Daun Rusak Mampu Ciptakan Pestisida Ramah Lingkungan


19.35 |

Umur tidak menjadi halangan seseorang untuk berkarya. Kendati baru kelas IX, tiga siswa SMP Negeri 2 Kebomas berhasil membuat karya spektakuler berupa pestisida ramah lingkungan. Ternyata pembuatan pestisida organik ala siswa SMP Negeri 2 Kebomas itu sederhana.

Hari Pendidikan yang jatuh 2 Mei memang sudah lewat, namun kemarin keluarga SMP Negeri 2 Kebomas memperingatinya dengan sederhana. Tidak ada panggung, tidak juga musik, gemerlap lampu maupun gelar seni. Bahkan, tidak juga terlihat undangan dari pejabat Dinas Pendidikan Gresik.

"Memang kami gelar secara sederhana. Tidak mengundang para pejabat, tapi peringatan ini untuk keluarga besar sendiri," terang Yudo Siswanto, Kepala SMP Negeri 2 Kebomas.

Kendati sederhana, gelar Hari Pendidikan yang dihelat di halaman sekolah yang berlokasi di Perum Randu Agung itu bernilai sejarah. Pasalnya, bersamaan itu dilounching temuan tiga siswa Kelas IX, Ribut Susanto (Kelas IX C), Aisyah Saidah (Kelas IX C) dan Riris (Kelas IX B) berupa pestisida organik yang ramah lingkungan.

Kesederhanan itu juga yang membuat ketiga siswa yang prestasinya cukup bagus di kelasnya masing-masing itu tetap bersemangat. Dengan ditemani beberapa teman mereka untuk menghindari rasa groginya; Ribut Susanto, Aisyah Saidah dan Riris mencoba mempresentasikan temuannya yang diberi label 'Dua Kebo' tersebut.

Setelah meletakkan peralatan pendukung dan bahan di meja, ketiga dengan semangat mulai memperagakan pembuatan pestisida ramah lingkungan. Di depan kawan dan gurunya, ketiagnya menjelaskan satu persatu komposisi maupun indikasinya. Sesekali, mereka juga piawai mempromosikan produk karyanya itu agar dibeli.

"Pestisida yang kami buat ini berbeda dengan pestisida buatan pabrikan. Pestisida cap Dua Kebo ini ramah lingkungan dan tidak merusah komposisi alami lingkungannya. Makanya, tidak rugi bila memakai temuan kami," terang Aisyah Saidah yang berseragam putih dipadu jilbab.

Secara bergantian, ketiganya dengan cekatan meracik bahan untuk dibuat pestisida yang katanya ramah lingkungan. Mulai dari jahe, lengkuas, kencur, kunyit, temulawak, temugiring masing-masing sebesar jempol mereka masukkan mesin juicer. Lalu diambilnya bawang putih, bawang merah, sere, daun mindi atau mimba, dan brotowali dicampurnya untuk diblender. Setelah selesai diblender lalu ditambah bahan lain.

"Satu adonan juice ini cukup untuk 2 liter dengan biaya produksi sebesar Rp17.000. Jadi pestisida yang kami buat ini cukup ekonomis. Tapi hasilnya luar biasa," beber Ribut Susanto.

Untuk menghasilkan karya yang luar biasa tersebut, ketiga siswa SMP Negeri 2 Kebomas tersebut memerlukan waktu 1,5 bulan dalam melakukan penelitihan. Pengakuan Ribut, latar belakang pembuatan pestisida organik ini adalah keprihatinan siswa pada tanaman sekolah yang daunnya rusak berlobang bahkan ada yang mati karena terserang ulat.

"Sebagai sekolah berpredikat adiwiyata, setiap siswa diwajibkan tanggungjawab pada tanaman yang ada. Ada 10.059 batang tanaman yang terdiri dari 215 jenis yang tumbuh. Memang tanaman di sini tumbuh subur karena dipupuk dengan pupuk buatan sendiri," terang Aisyah.

Riris menambahkan, siswa juga telah mahir membuat pupuk cair dan memproses kompos sendiri. Nah, dalam perjalanan pemeliharaan tanaman itu timbul keprihatinan serta rasa sayang akan tanaman. Akhirnya, dicarilah formula pestisida yang ramah lingkungan.

"Guru kami memang melarang menyemprot racun (pestisida non organic) di lingkungan sekolah. Dengan bantuan beberapa guru pembimbing serta mencari refrensi dari buku, literature maupun dari internet sebagai refrensi, maka jadilah pestisida non organik," kata Riris.

Asyiknya lagi, bahan pestisida organik cap Dua Kebo didapat dari halaman sekitar sekolah. Sebab, wilayah sekolah tersebut berada di bawah pegunungan Giri. Yang mana, di pegunungan tersebut ditumbuhi berbagai macan jenis tanaman.

Ramelan, salah satu guru SMP Negeri 2 Kebomas, menerangakan bila karya tersebut telah diuji coba dan hasilnya daun yang ada ulatnya langsung diam tak bergerak. "Pemakaian pestisida ini harus dicampur dengan air sesuai perbandingan 1:100," terangnya sambil menunjukkan hasil uji coba pestisida karya tiga siswanya tersebut.

Kepala SMP Negeri 2 Kebomas Yudo Siswanto mengatakan, untuk sementara pestisida ini dipasarkan untuk kalangan sendiri. Pihaknya juga tidak menutup kemungkinan kalau ada pihak lain yang membutuhkan, dilempar ke pasar.

"Namun sampai saat ini kami belum menentukan harga nominal pemasaran. Tujuan awal kami hanya memberi pembelajaran tentang cinta tanaman, cinta lingkungan sehat, serta untuk memotifasi kreasi siswa,"terang Yudo Siswanto.(ashadi ik/SINDO


)


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar